Tulang Punggung

Aku mempunyai rasa tarik menarik dengan tubuh bagian belakang wanita. Terutama mereka yang baru saja meniduri raga ini yang haus akan tubuh mereka sendiri - M. F. Riphat

Jumat, 09 September 2011

Aku akan mencari mu yang baru.

haru biru hari-hari ku.



Aku meramu benalu di otak kiri ku
Meniru bau badan mu dulu, ketika masih bersama ku
Urat di kepala ini, mencemooh seperti tak punya hati.

Aku bermandikan pilu mengurai kelu
Mengisi posisi aku tak sampai menggapai
Demi kamu, apapun kamu, aku mau teriak ANJING!!!

Benalu yang sudah terjamu membuatku malu
Bagaimana tidak? Nafsu bercinta ku yang menggebu telah menjadi abu, abu yang seperti abu kebanyakan, abu yang abu-abu.


Aku tidak mau memelihara mu




Aku baru saja menceraikan bahagia ku. Aku masih mau sendiri, menjadi duda dan bermain cinta dengan dia si sengsara, si durhaka, dan si gundah gulana.

seperti tadi pagi, aku berenang di kolam air mata yang ku teteskan sendiri
Namun siangnya, aku menaruh curiga kepada si pembawa berita
Benar saja, malamnya duta kenyamanan mengetuk pintu dan menarik semua anggotanya.


Baiklah, sekarang sudah larut. Ini bunga kamboja ku, terbawa dengan sengaja untuk mu. Aku pamit dulu.


Selamat hari minggu,


Sept 2011

Pagi ini lampu itu membangunkan kantuk ku.

Redup lampu



Aku tak berdaya
Hampir lepas apa itu yang dinamakan nyawa
Teladan ku hanyut, seperti biasa itu aku hanya terlalu kamu.

Aku lemas gelisah
Penuh kata resah menyeluruh dan terkuras
Apa yang terjadi 5 menit tadi memperolok ku sampai tepat jam 12 malam.

Aku malu

Rambutku terbakar dan kaki ku melulu lembab berair
Aku mengurungkan niat untuk mendongak maupun aku menunduk.

Iya, itu hasilnya

Terkungkung aku dalam redup lampu itu


Sept 2011

aku menyendiri, lagi dan lagi.

Sendiri.




Aku sendiri disini, tanpa titik maupun koma menemani
Aku seperti berada di tempat dimana mereka tidak dapat melihat
Aku lemas tak berdaya, meratap sambil menari dengan imajinasi
Aku bertanya dan memberi jawaban dari aku untuk aku

Menyelisik otak, bergurau seperti ini, "apa aku gila? Atau hanya waras yang tidak sesuai norma?"

Apa aku berpangku tangan tanpa ada tangan yang minta dipangku dalam angan, atau aku hanya panjang tangan tanpa mempunyai jari yang jenjang?
Atau mungkin aku ini tak bergigi, dan terpaksa mengunyah dengan gusi.

Ah, itu semua sama saja seperti memancing tanpa umpan, tidak berguna.

Disini, aku bermimpi tentang masa lalu, akupun berharap agar pangan mengisi angan di masa depan. Agar aku tidak bosan dengan hal yang itu-itu saja, risih dan tidak nyaman

Tidak, aku disini tidak berusaha melawan takdir. Aku hanya sedikit mencoba, iya hanya mencoba untuk berhenti berpikir dan memulai tindakan miring untuk bergulir, seperti layaknya hal wajar lainnya, contohnya, raja yang mempunyai selir. Perusakan moral yang tidak benar, namun dijadikan hal yang wajar. walau awalnya sedikit kasar dalam berupaya, tapi akhirnya jadi juga kan? Sang raja puas, si selir mengalir tenar.

Apakah tidur bersama raja dan keturunannya menjadikan kita seperti mereka? 

Sepertinya bulan saja berlari ketakutan mendengar hal bodoh yang aku siratkan ini. 
Kembali ke awal, aku disini, sendiri, membodohi kebodohan diri yang sudah terpatri didalam hati.

Aku, saya, maupun siapa saja pendukungnya, disini berdiri sendiri tanpa arti


Juni 2011





aku terharu akan cerita ku.

Cerita haru akan tiba waktu ku.




Ini ada satu cerita, cerita tentang aku, iya tentang aku sendiri, tentang aku yang menulis cerita ini sendiri, bukan tentang apa-apa, bukan tentang kehidupan di buku novel zaman sekarang dengan akhir cerita indah ataupun kisah menarik yang kamu-kamu mungkin suka, hanya tentang aku, aku sendiri tanpa titik maupun koma menemani.

Dalam hidupku, banyak kemungkinan terjadi, seperti kemungkinan apa yang membuat aku lahir, atau apakah mungkin aku tidak mati, padahal Tuhan sudah terlanjur melahirkanku melewati perut ibuku, salah satu kata mungkin itu muncul seperti ini misalnya;

Mungkin aku hanyalah pengkhayal
mengkhayal tanpa berbuat apapun
Hanya karena takut terjegal
Aku hanya berani melamun

Mungkin aku hanyalah sampah
Menjadi sampah yang terpuruk
Aku memang manusia rendah
Terlalu rendah hingga terlihat sangat buruk

Mungkin aku remaja tanpa masa depan
Tak pernah membuat siapapun terkesan
Semua omongan ku hanya dianggap bualan
Yang ada hanya satu rasa yaitu bosan

Mungkin nanti ketika aku matipun semua akan bersuka cita dan bersyukur karena si bodoh yang menyusahkan itu telah pergi dan mengurangi beban mereka

Setelah muncul berbagai kemungkinan yang bisa saja pasti benar, ada hal-hal ambisius lainnya seperti menjadi ini dan itu.

Menjadi darah muda tanpa ambisi itu seperti mati, seonggok daging basi. Tapi aku punya ambisi.

Ambisi ku adalah bertahan untuk tidak mempunyai ambisi dalam hidupku kali ini, mungkin di lain waktu saja, dalam waktu dekat di kehidupan selanjutnya, bisa kupertimbangkan sampai tiba waktuku

Untuk sekarang ini biarkan aku melakukan apa mau ku, jangan diganggu, jangan bertanya, atau bahkan menegur, simak saja sementara hanya sampai tiba waktuku

Aku berjalan menuruni tangga, terus menuruni tangga hidupku, sampai ke suatu titik terendah atau sampai tempat terdasar yang benar-benar tidak mempunyai apa-apa dibawahnya, hanya rata, paling dasar.

Aku hanya bersumpah tidak akan mau menaiki tangga itu lagi untuk menaikkan derajat ku sendiri, aku hancurkan saja semua, hingga tidak ada seorangpun yang bisa mencapai posisi sama rendah dengan ku walau hanya sampai tiba waktu ku saja.

Nanti saja kalau aku punya uang, biar aku bangun 'lift' agar kalau saja aku mau naik, langsung menuju paling atas tanpa hambatan apapun dan dalam waktu singkat.

Aku menyadari hanya seonggok daging yang bertransformasi menjadi suatu organ tubuh dan diberi nyawa namun tanpa hasrat, tanpa rasa ingin, tanpa rasa mau akan mau itu sendiri dan tidak mau, aku habis dan rata dengan tanah.

Aku rasa aku menangis, mengemis akan rasa kasihan, maupun aku mengais akan rasa hormat.

Aku memang tidak pantas hidup, tapi apa aku pantas mati? Menjadi mayat? Seperti yang biasa kita lihat dipemakaman, atau bahkan kamar mayat, mayat-mayat seperti di lahan seusai perang? Apa hanya karena aku seperti ini aku jadi layak mati? Tapi apakah mati itu hal yang layak? Aku bahkan tidak tau apa-apa dalam hal yang aku diskusikan aku.

Ini cerita ku, ini cara ku, ini aturan ku, belum selesai memang, tapi maukah kamu semua bantu aku menyelesaikan ini? Tapi bagaimana? Biarkan saja aku biar menunggu disini sampai tiba waktuku,

walau aku mau terus hidup sampai cucu mu mempunyai cucu, tapi waktu itu akan datang dan menghampiriku, jadi mari kita duduk manis disini, menyapa kedatangan dan kepergian bersama-sama, sampai tiba waktuku.

Iya, ini hanya sementara saja, sampai tiba waktuku.

*di pembuka tahun, ketika aku menunggu waktu ku, tanpa ambisi apapun, bahkan tanpa keinginan untuk menunggu kapan tiba waktuku walaupun aku hanya menunggu sampai tiba waktuku.

Jan 2011

salah satu puisi cinta ku.

Puisi cinta belaka.




Aku ingin mencintaimu
Aku ingin mencintaimu dengan kontras, seperti dasar warna lukisan affandi, bukan leonardo davinci

Aku ingin mencintaimu
Aku ingin mencintaimu dengan hangat, seperti terik matahari yang terbit menyinari dedaunan setelah hujan badai mengisi

Aku ingin mencintaimu
Aku ingin mencintaimu dengan anggun, seperti burung kasuari yang sedang menata diri di pagi hari

Aku ingin mencintaimu
Aku ingin mencintaimu dengan lembut, seperti kain sutra yang kamu pakai ketika menari

Aku ingin mencintaimu
Aku ingin mencintaimu dengan unik, seperti tumbuhan putri malu yang menutup ketika disentuh jari

Aku ingin mencintaimu
Aku ingin mencintaimu dengan terus menerus, seperti sungai yang mengalir terus menerus tanpa henti

Sore itu kamu bertanya, apa itu cinta?
Cinta adalah ladang, ladang padi yang kamu tanam tiap-tiap bijinya setiap saat.
Cinta bisa juga menjadi parasit, ketika menikmati cinta dengan alasan.

Aku sendiri memiliki satu alasan mengapa aku mencintaimu seperti ini dan itu,

Aku mencintaimu karena kamu membutuhkan itu.

Ketika cinta mu mati nanti, terkubur bersama hati mu yang basi, ingatlah terus bahwa cinta ku tetap menari tepat di ulu hati.


April 2011

beneran ada ya?

si s.

Saya sudah sangat sendiri, sedari saya sadar saya selalu sama saudara sama sahabat saya sendiri. Sehingga saya suka sedih sambil sebal, selama saya sendiri sampai saya serasa sakit sehingga semua sifat saya sembrono . Semakin salah semuanya, selalu sulit sadar sampai suka sembarangan sama sahabat saya sendiri. Semenjak sekolah selesai saya sungguh sepi sampai semua saudara saya sudahi sifat seperti sampahnya. Saya selalu sedih sampai saya sakit, sehingga semakin sulit saya selesaikan surat saya.





Maret 2011








Lord the unfathomable




Hey lord, I'm a sinner and I know what I'm doing,
That's why I'm writing this literature for you,
I live in the goods department you made which everybody called life.
The hassle that tag me along every single second, I appreciate it.

Hey lord, I'm a sinner and I know what I'm doing.
That's why sometimes I'm expressing my feeling without fear of rebuke, because I have faith on you.

I feel such a worthless,

Hey lord, I think I know what you're thinking. I'm not going to tell you, but let me ask this. Is it there?
Now I see here. It's always been there.

I feel no pain but hurts so bad,

I want you to have me wrapped inside you, yes inside of you, my Lord. Sssttt, let me cry for the moment of what happened to me. the punishment you sent about things I've done is inevitably. The rise of mundane has ended, I lost a cavalier of my soul.

Well, I should be going now. Good bye me

Des 2010

kesunyian yang ada di dalam.

Dalam sunyi.


Dalam sunyi aku bernyanyi
Dalam sunyi aku menari
Dalam sunyi aku terpatri
Dalam sunyi aku mencoba menggapai mentari

Dalam sunyi, aku meniduri pedih, terlelap dengan perih.
Aku menunggu mati dalam depresi
Dalam sunyi, aku pelihara hina.
Hina yang tumbuh, membuat ku mengeluh terus menerus hingga air mataku menjadi keruh
Dalam sunyi, aku berteriak.
Berteriak karena muak akan kerak-kerak rasa geli yang terpampang di kepala bagian belakang.
Dalam sunyi, aku berpura-pura tidak hadir dalam kehidupan.

Dalam sunyi, aku melihat apa yang tidak tersurat.
Dalam sunyi, aku mendengar apa yang tidak dibicarakan.
Dalam sunyi, aku bicara akan rasa hampa
Dalam sunyi, aku merasa aku hidup sia-sia

Dalam sunyi, aku ingin berontak tapi aku berdaya mati. Walau hanya mati suri, tapi terjadi berulang kali
Dalam sunyi, aku tertawa sepi, tertawa imajinasi. Imajinasi yang tidak selalu terjadi, bahkan tidak pernah terjadi.
Dalam sunyi, aku melihat gelap. Ternyata aku tidak hanya tiarap atau bahkan tengkurap. Tapi aku berharap dan itu terungkap.

Aku telah pergi, dalam sunyi aku pergi. Pergi, dan tidak akan pernah kembali. Karena tidak hanya pergi, tapi aku mati. Mati dalam sunyi.

Maret 2011

tanpa sehelai benang pun, aku tetap dan selalu mencintai mu.

Kamu. iya, kamu.


Ketika aku berniat menjatuhkan diri ke lubang dimana aku selalu terjerembab, kamu mengulurkan tangan, dan menarik ku. Menawarkan diri untuk menemani dan mengajak untuk berpura-pura buta.

Ketika aku ingin mengurai dan berpikir, aku baru ingat bahwa otak ku disimpan oleh mu didalam dasar hati. Aku membasuh, mengganti pakaian, bersiap, dan berangkat.

Rasa malu maupun pilu hilang perlahan, dengan alasan, kamu membantu. Dengan melewati rimbun pohon, ramai dedaunan, kamu memapah ku, memberi suatu mimpi. Bisa kah kamu melihatnya? Atau hanya aku saja yang melihat tanpa menoleh?

Kamu menemani ku, disetiap bangun tidurku dan rasa mengantuk ku. Disetiap rasa bersyukur ku dan rasa lapar ku. Disetiap rasa tenang ku maupun gelisah ku. Kamu membuka setiap aku ingin memulai hari ku dan menutup lebih dulu, sebelum aku menyelesaikan hari ku. Hampir tengah malam, namun tepat sebelum hari esok, biasanya.

Ketika aku sadar kalau kamu adalah apa yang dirindukan hati ku, aku menunduk dan memeluk. Ah, aku hanya malu. Itu saja, tidak lebih.

Aku minta kamu untuk mencintai aku yang kaya akan rasa manis, semanis wajah mu. Sayangi aku dengan kehangatan, sehangat senyum mu disaat membangunkan pagi ku, sungguh tiada pagi yang lebih indah tanpa senyum mu

Tapi mungkin ketika aku mati nanti, kamu berniat untuk menimbun kenangan kita. Iya, kita, aku dan kamu.

Aku tidak apa-apa akan hal itu, karena memang aku mencintai mu tanpa kenangan apapun. Tanpa rasa pahit maupun manis.

Iya betul, aku mencintai kamu, walau tanpa sehelai benang pun.

Terima kasih untuk kamu





Maret 2011

back to beg.

Little bird, i'm begging you.




Little bird perch to my head, tapping and smiling. She render me speechless.
I'm trying to reach her with my dominant hand, I feel particularly creep. I eat my own head while I'm juggling up beneath.
I'm sure she doesn't know where she is, because she left without leaving me a word. I wonder does she knows that she keeps sitting on my head, and sing a song for me?

Little bird, yes you are. My little bird drink a vodka from my eyes, ask my love for a slice to the sour sweet in my lips. Your voice like an angel dance around my head, your body like forbidden whiskey spills around my eyes.

Little bird, even a God would rather have a sin to have one night with you. Don't you notice the temptation which spread out from your body is an endless prosperity?

Little bird, your kiss falls around, from my head to toe, even my chest addicted to it. Little bird, little bird, oh my little bird, I'm telling you, I'm dying without you near me.

My little bird, seek me and feel me for the rest of your life.

*this literature is dedicated for every single man who love their little bird. Because 'little birds' were created to be loved.





Des 2010


pelacur itu, ah sudahlah.

Keinginanku kepada si pelacur.




Kalau saja aku bisa menarikmu, mengencingi mu, dan meludahi, aku akan melakukannya sekarang. Detik ini.

Sini biar kupecahkan kepalamu, kubelah otakmu, kumasukan ke dalam sebuah septic tank. Agar kau tau bahwa otakmu tidak lebih berarti dari tumpukkan kotoran manusia, bahkan binatang.

Sini biar kucongkel matamu, kuikat, kugantungkan saja di istana merdeka, agar kau melihat suatu kebusukan mu setara dengan kebobrokan negara ini.

Sini biar ku iris sisa tubuh mu, kulempar ke kandang anjing tetangga, agar kau tau sungguh hinanya kau hingga sepotong tubuh mu pun tidak berarti walau untuk anjing yang hina.

Kalau saja aku bisa,

Hhmm.. Begini saja,
Biarkan aku mengikatmu, mengelupaskan kulit mu, merendam tubuh mu ke dalam air garam. Agar kau dapat menikmati bagaimana perihnya.

Pada akhirnya aku akan melepasmu di tengah samudra, agar seluruh dunia melihat borok mu, dan ikut bersama ku menertawakan mu.

Tertawa puas seperti ini "hahahahahaha" tertawa akan akhir yang bahagia setelah ribuan tahun menderita.

Harusnya aku bisa menjelaskan bahwa aku melakukan ini karena derajat mu lebih rendah dari seekor babi hutan, bahkan babi hutan pun malu telah menjadi babi, sampai-sampai kemanapun dia pergi, dia selalu menunduk dan menyesali akan kelahirannya. Bagaimana kamu? Malu kah?

Tapi itu semua hanya kalau saja aku bisa,

Nov 2010

mengenang ibuku.

Aku dan si bisu yang kaku.



Tatapan itu, ibu

Aku rindu


Ibu berbisik, menghela napasku, "aku haus akan pelukanmu, nak"

Akupun terdiam


"Belum waktunya aku bertemu dengan langkah kaku tanpa kata berbalik, apalagi yg kau takutkan?"



Aku mematung, lagi. Entah aku berkata kosong,

Dengan lirih, ibu berkata ''aku tidak mau hidup, aku tidak mau mati. Aku mau apapun yang bisa bersamamu, iya. Bersama kamu, anakku''

Aku terancam, merasa disingkirkan, sampai dimana dan kapan

"Ibu, aku berdiri disini memujamu, penuh dosa, kotor tanpa malu. Namun kau terus mencintaiku. Beban ini, bantu aku bakar maaf ku"

Ibu membisu dan aku melemas kaku.







Okt 2010

habis sudah ceritanya.



Akhir dari dongeng kami.




Malam itu, kau menatapku, kosong. Kau memelukku dengan bibirmu, aku merasakan hangat, namun tak tau dimana itu.

Kau berbisik, berkata dengan hati, 'aku mencintaimu. Sampai aku terbangun dengan nyawa terpisah dari tubuhku'.

Aku teringat, ketika kau membawaku ke kebun bunga, kau tersenyum, dengan penuh arti, dan berkata "ini kebun bunga kita. Tempat ini penuh bunga yang indah seperti kamu. Kita akan menikmati hari tua disini sampai menemui ajal berdua."

Sekarang, biarkan aku bertanya, apakah kita sedang menjalani hari tua itu?

'Dia tersenyum tanpa syarat'

'Tidak lama setelah malam diskusi kami, dia meninggal.'

Sekarang aku sendiri, menanti waktu menjemputku untuk menemuinya.

Kenapa aku harus bercerita hal ini kepada mu? Mungkin aku hanya ingin bercerita, dan mungkin engkaulah orangnya.

Sept 2010

tangisanku menidurimu.

apa yang terjadi? aku menangis.


Aku merenung,
Bertanya sambil bernyanyi,
Apa yang telah terjadi denganku?

Aku belum menggapai awan yang selama ini telah kuperhatikan gerak-geriknya
Aku belum sampai pada tahap melihat senyum kedua orang tua ku
Aku bahkan belum sanggup menggantungkan bingkai harapan di dinding kamar ku
Aku belum melewati tahap dimana aku bersaing dengan mereka
aku belum mengerti akan makna menangis selagi aku tersenyum

Aku disini,
Berupa seonggok daging penuh darah basi
Mengejar keterpurukan ku kini
Bertahan menikmati haru biru yang ku alami

Tapi aku menikmati apa yang telah terjadi
Memberi kepuasan kepada borok yang terus menggerogoti hati
Namun aku terus berpikir tentang apa yang sebenarnya telah terjadi

Menatap bumi, memberi tanya tanpa meminta jawaban maupun alasan lagi

Apa yang terjadi?
Aku kembali menangis

Juli 2010

aku mau apa yang ada pada mu.


mulusnya tubuhmu, aku mau”


Meniduri Bayangmu



Melirik bulan melewati lubang bekas peluru, tempat dimana aku merenungi malamku.  Mencoba mengadu kepada bintang, tanpa jawaban.  Aku haus
Bising aku mendengar hening.  Tuhan, aku tuli. 
Gelinding bola itupun menghiraukanku, apakah aku harus terus terpaku membodohi diri?
Tuhan, Kau siksa aku dengan senyumannya.
Pelukis hina itu mencoba mencemoohku dengan kuasnya.


Tirus wajahmu menarik nafasku
Jenjang lehermu menghembuskannya
Belah dadamu membiarkan aku melepaskan otak ku
Dari pinggul sampai betis,

Menyentuh, meraba.  Sampai lupa aku bagaimana membedakannya
Menelanjangimu dengan aliran kopi yang kau tumpahkan
Setiap bulu halus itu, kalian tau maksudku
Lembut tubuhmu, tetesan keringatmu,

Ternyata, aku hanya meniduri bayangmu, dewiku



Nov 2009

awal tahun yang cerah.


“When I see you smile”

Long time no see

Where are you
How are you
What are you doing
Who are you with

We have not seen each other since long time ago

I miss you


Dec 2009





“penutup tahun 2009”


Sekolah

Taman kanak-kanak
Sekolah dasar
Sekolah menengah pertama
Sekolah menengah atas
Universitas


Urutan pendidikan terlewati begitu saja
Tapi itu bukan aku
Aku mau bebas, namun teratur
Kesalahan fatal terulang lagi

Aku hanya sampah tanpa sekolah


Des 2009



“tepat tanggal lahirnya”


Ucapan Ulang Tahun



Hari ini adalah hari dimana kamu menjadi semakin matang
Umur bertambah, dan semakin dewasa
Namun tetao menjadi gadis lugu seperti pertama saya lihat kamu

Ah, apalah yang saya bicarakan

Selamat ulang tahun,
Semakin hari saya semakin bangga akan kamu
Sukses selalu ,

Jan 2010





“awal tahun yang cerah, 2010”



Ini Surat Selamat Tinggal Saya


Memang banyak sekali hal menyakitkan yang telah saya perbuat,

Saya pahami itu

Saya tidak pernah bermaksud apa-apa, mungkin
Saya hanya salah menyampaikan rasa sayang saya
Saya benar-benar mau kamu disini, berdua, menikmati hari seperti dulu
Saya hanya terlampau takut menyakiti kamu, lagi dan lagi

Satu hal, seburuk-buruknya perlakuan saya,

Saya selalu sayang kamu

Tidak semua pria seperti saya, jangan kamu menutup diri karena kebodohan yang saya lakukan

Saya tidak mungkin membawa kamu ke hidup saya sejauh ini, kalau
Saya tidak sayang sama kamu.  Kamu sangat berarti dalam hidup
Saya.

Sangat membekas dan tidak terlupakan

Saya berharap kamu tetap terus dapat menikmati hari seperti biasa, dan terus berjalan tanpa melihat masa lalu

Saya benar-benar minta maaf kalau
Saya salah dalam menyampaikan rasa sayang
Saya.
Saya minta maaf kalau telah menjadi pria yang tidak kamu inginkan

Salam untuk ayah dan bunda kamu
Semoga kamu masih percaya,
Saya tetap dan selalu menyayangi kamu
Sampai bertemu nanti, kalau memang kita mampu,



Jan 2010



Mungkin aku bodoh, ketika aku hanya damai bersenandung, aku terpaku menyendiri.


“hari jadi yang sepi”

Terpaku aku menyendiri


Sendiri aku sepi
Iri dengan barisan semut di dinding kamar
Mereka bermain sambil bernyanyi
Aku bagai katak,
Takut akan ular

Bermimpi aku mati
Iri dengan mereka yang selalu menikmati hari
Mereka menjalani hari dengan hati
Melihat diri bagai seonggok tai

Berlayar aku menari
Menikmati laut sepi namun wangi

Tertawa aku sendiri
Mengetuk paku,
Dengan hasrat ingin meramaikan hari
Tanpa sadar, terpampang keyakinan baru

Terpaku aku menyendiri


Sept 2009




“kenapa harus kata itu?”

Bodoh

Aku menunggu

Aku tahu, kau tak mau

Namun aku tanpa niat mengganggu

Aku tetap menunggu

Aku memang, bodoh


Sept 2009





“benar-benar hanya ini”

Hanya

Teman: apa yang kamu lakukan?
Aku     : aku mengadu
Teman: apa maksud kamu?
Aku     : aku mengadu
Teman: kenapa kamu mengadu?
Aku     : aku hanya mengadu


Sept 2009






“terlanjur pergi”

Damai Bersenandung



Irama hari-hariku mengalun begitu saja
Denting setiap langkah ku berbunyi hingga senja
Namun aku hanya mendengar hampa

Barisan pohon-pohon mengiringi setiap nafasku
Satu, dua, hingga sepuluh
Terus terulang pilu, aku muak dengan semua itu

Semua telah berlalu, namun aku tetap terpaku
Menikmati tiap tetes keringat ku
Aku cukup malu akan kamu

Senandungmu mendamaikan ku


Nov 2009








“aku hanya tidak memungkinkan”

Mungkin

Mungkin ini hanya sebuah tulisan
Mungkin juga sebuah kiasan

Sebuah kemungkinan yang tertulis tanpa alasan

Mungkin, aku hanya ingin menulis tanpa pesan


Nov 2009

pagi tadi, aku menabur duri dipojok kamar mu.


“kamuflase”

Tempat tinggal

Sebuah ruang dengan rak buku dekat pintu,
Berdiri lemari di seberangnya,
Televisi dan antena lusuh menemani,
kipas angin penuh debu,
dan alas tidur empuk penuh kenangan

Disini aku bersemayam,
Disini aku bercinta, dan
Disini pun aku menangis


Kunyalakan lampu meja Philips demi mengenang masa lalu yang terngiang di otak kiri,
Tidak lupa tamparan dari denyut nadi dan desiran darah dengan lancang

Sakit,
Perih,
Habis sudah kata-kata

Inilah tempat tinggalku,



Agustus 2009





“cerita cinta kita”



Kisah singkat tentang taman hiburan

Kita berencana, berlibur ke taman hiburan
Taman dimana kita dapat menikmati hari tanpa beban
Tempat beristirahat, bersenda gurau penuh kebersamaan
Warna langit, rumput, dan hawa udara memaksa kita melupakan kesedihan

Selesai memarkir mobil, ku buka pintu untuk mu
Kau tersenyum,
Kau menggandeng tanganku, menyenderkan diri di bahu ku
Membuat aku merasa hebat,

Sampai di loket, ku biarkan kau membelikan tiket untuk kita berdua
Kita melewati pintu masuk, tangan kita ditandai dengan tinta
Menandakan bahwa kita adalah pengunjung setia
Melihat sekeliling, aku merasa, kau merasa, kita bahagia

Kau duduk diatas gulungan tikar yang telah aku gelar
Kau tuangkan anggur, segelas untukku
Kau suguhkan aku makan dan minum, lengkap dengan senyum manismu
Menikmati angin, senyuman matahari

Tanpa sadar, matahari mulai mengantuk
Bulan mulai mempertontonkan kebolehannya
Dengan berat hati, aku mengadu
Kau mengangguk penuh rasa haru

“janji ya kita akan kemari lagi, nanti” ujarmu

Kita pulang tanpa menengok kebelakang,
Dengan keyakinan akan mengulang kejadian terkenang


Agustus 2009



“gemercik api dari pintu kayu yang tak kenal lupa”

Tidak hanya



Lampu pijar yang tergantung di pojok ruang,
Meneriakkan ku dengan sinar sayu
Baling-baling kipas lusuh memutar dengan anggunnya
Detik pada jarum jam tak henti mengganggu dengan nuansa haru

Retak pada sudut tembok ini mengancamku akan masa lalu


Lagi-lagi pengaduan sia-sia ku lakukan dengan alasan seni
Apa daya, aku hanya manusia biasa


Agustus 2009



“When I realize I have no friend”

My friend



Ten years ago my friend, I was just a little kid which was always crying
You came to me and asking me to make a friend

Five years after, my friend, you came to my mother’s funeral and help me to keep standing and start my new life

You always be my side whatever happens to me

Now I am eighteen years old my friend,
I know what love is look alike, I’ve learned how to be a real men

Even though we are not kids anymore, I still need you my friend,
For the rest of my life

Thank you my friend for all the love you gave to me,
And proving that my life is the most beautiful things I would ever know,
Unfortunately, we feel it once only

I love you my friend


Aug 2009




“terbelahnya rasa”

Pertemuan terbuka


Bila meninggalkan ku adalah yang kau mau,
Aku akan pergi meninggalkan setiap butir pasir terkumpul

Bila angin itu menghempas semua titik temu,
Dan kau tersesat,
Jangan kau cari aku lagi

Takkan ada aku lagi

Berhentilah meraba kata bersama
Bertahanlah akan rasa kesendirian


Lantunan detak jantung meneriakkan setiap langkah

Kau dengar, namun kau abaikan itu
Kau lihat, namun kau tutup matamu
Kau tahu, namun kau tipu kepercayaan itu

Kau bakar semua catatan ku




Agustus 2009











andai ia tau.


“garis akhir, andai ia tahu”

Embun pagi



Ketika sinar pagi datang  mengetuk jendela kamar, aku mulai memapah
Diri menuju tempat itu menunggu
Tetesan air uapan embun pagi, semakin terlihat indah
Namun wajah manis mu terlihat samar tanpa resah

Banyak yang menyebutkan kata ini hanyalah bualan belaka,
Tanpa sadar mereka sudah terpaku dengan setiap denting piano

Tidak banyak aku mendengar suaranya,
Tidak banyak aku melihat sosoknya,
Tidak banyak aku menyentuh tubuhnya,
Tidak banyak aku dan dia dapat menikmati hari berdua,

Namun dia, cerita akhir sebuah awal kehidupan baru



April 2009





"tepat hari jadi kami"


Titik temu


pagi itu
aku memulai sesuatu
aku mulai menelusuri
sebuah labirin

menemukan sebuah titik terang
namun menghilang

kembali aku berjalan
berjalan, terus aku berjalan
hingga terlalu banyak emas yang aku temukan
aku tidak butuh itu

suatu sosok, di lubang sebuah titik terang,
aku mau itu sekarang!

2 tahun aku mendekap
di dalam labirin yang sunyi
tanpa sadar,
titik terang mulai menjajakan diri

dia menunggu dalam sebuah titik
sebuah titik temu


pukul dua siang
matahari tepat diatas tiang
aku menunggu garuda
dia menemani, kami berdua

disana, sebuah titik temu kami





Maret 2009






"Feel the love. Feel the pain. No love without pain. When you meet hello, you will meet good bye."


Silent Jealousy

keep silent
too cold to speak out
this coat, covering the cold
useless, nothing happen

you are out of my blue

no happiness without pain
find a way with yesterday feeling
let me know that I am yours and you are mine
by the way you say, for you I will
you might know things I would never say

a love that will last, hold on
stay with me
this is a letter to you
give the clue things you know nothing about

that is why I call it "new day"

Dear, we are a new classic love story
by using coat for cold
the world when there was only me and you
pocketful of sunshine
you complete me with a lot of things, reasons, and feelings
especially, you complete me with you




March 2009




“akan mengenang”

Hari baru




Selamat datang, pintu akan ditutup
Jangan menengok ke belakang

Sampai jumpa





Agustus 2009





rasa sadar itu muncul ditengah mabuk ku.


“sadar akan hidup yang singkat”


Hidup



Air mengalir
dari hulu ke hilir

menghitung hari,
satu hingga sejuta lagi

hina dengan waktu tertata



Juli 2009

titik berhenti ku.


“meratapi jiwa”



Kursi menari memandangi wajah lusuh ini




Silau lampu 25 watt menemani malamku,
Tanpa angin, maupun bising
Kurebahkan tubuh lemah ini, mengenang masa lampau

Masa dimana kesendirian adalah hal silam
Masa dimana kesepian adalah kata yang haram

Tumpukan buku penuh debu, tanpa getaran maupun teriakan
Gitarku mulai rapuh, sekian lama tidak terpetik

Sampai detik ini, masih malu memikirkan apa maksud retak di sudut dinding kamar ini
Sedikit coretan tak beraturan membuatnya semakin kusam

Ketika tersadar, kursi itu masih menari diatas kehampaan diri


Juli 2009






“apa yang selalu salah? Ketika tersirat untuk berhenti melangkah”    


Langkah


Salahkah aku jika tetap menjaga bunga indah milikku?
Salahkah aku jika tetap merawat bunga indah milikku?
Salahkah aku jika aku selalu menikmati bunga itu?

Perdebatan bukanlah hal yang tabu, namun apakah setiap hal tabu harus diperdebatkan?

Bungaku,
Biarkan aku merawatmu dengan caraku
Biarkan aku menjagamu dengan caraku
Biarkan aku menikmatimu dengan caraku

Diam dan perhatikan

Sebuah kisah singkat tanpa akhiran,


Juni 2009





“kamu, terlalu berarti. Ketika aku menemukan mu di antara ribuan helai”

Sehelai


Sehelai dari sekian ribu, coba kunikmati
Sehelai dari sekian ribu, coba kulayani
Sehelai dari sekian ribu, coba kuperbaiki
Sehelai dari sekian ribu, coba kuhayati

Sehelai, selalu kusimpan dalam hati
Sehelai, selalu membuatku menari
Sehelai, membuatku tertusuk duri
Sehelai, berlalu sudah cuplikan hari

Sehelai dari sekian ribu, itu kamu ternyata.


Mei 2009






“Jangan dilirik, siapa dia?”



Awalan kotor


Pasir di seluruh pantai, aku yang harus memikul
Karena tanpa sadar, aku yang tengah menimbunnya
Dikumpulkan satu persatu setiap detik, tanpa henti tanpa tujuan

Dia datang, membantu mengusap ruang tempat biasa aku bekerja
Tanpa suara dan tanpa izin, dia terus mengusik

Menikmati aku

Satu dua, dia kembali memutar otak ku
Satu dua tiga, terus berputar otak ini tanpa henti otak ini
Apakah arti maupun maksud semua ini?
Ku tumpuk lagi luapan air yang mulai membusuk

Kumpulan es pun kembali mencair

Tiada hari tanpa kalimat Tanya, siapa dia?



Mei 2009



“akhirnya ku menemukanmu. Pengakuan dari sekian lama dalam sebuah permainan”

Pemberhentian


Hutan, tempat  dimana hujan mendarat tanpa kesan
Ketika semua rata, gundukan itu mulai bermunculan
Banyak prasangka, ulah hujan yang ke sekian
Memang tidak semua benar, tuan

Namun tidak ada juga yang menyebutnya kesalahan

Pelan-pelan diurai, mari dicoba dengan pelan
Banyak terurai menjadi terlihat rentan
Namun ini bukan percobaan
Semakin bersyukur, semua akan aman



April 2009