“hari jadi yang sepi”
Terpaku
aku menyendiri
Sendiri
aku sepi
Iri
dengan barisan semut di dinding kamar
Mereka
bermain sambil bernyanyi
Aku
bagai katak,
Takut
akan ular
Bermimpi
aku mati
Iri
dengan mereka yang selalu menikmati hari
Mereka
menjalani hari dengan hati
Melihat
diri bagai seonggok tai
Berlayar
aku menari
Menikmati
laut sepi namun wangi
Tertawa
aku sendiri
Mengetuk
paku,
Dengan
hasrat ingin meramaikan hari
Tanpa
sadar, terpampang keyakinan baru
Terpaku
aku menyendiri
Sept
2009
“kenapa harus kata itu?”
Bodoh
Aku
menunggu
Aku
tahu, kau tak mau
Namun
aku tanpa niat mengganggu
Aku
tetap menunggu
Aku
memang, bodoh
Sept
2009
“benar-benar hanya
ini”
Hanya
Teman:
apa yang kamu lakukan?
Aku : aku mengadu
Teman:
apa maksud kamu?
Aku : aku mengadu
Teman:
kenapa kamu mengadu?
Aku : aku hanya mengadu
Sept
2009
“terlanjur pergi”
Damai
Bersenandung
Irama
hari-hariku mengalun begitu saja
Denting
setiap langkah ku berbunyi hingga senja
Namun
aku hanya mendengar hampa
Barisan
pohon-pohon mengiringi setiap nafasku
Satu,
dua, hingga sepuluh
Terus
terulang pilu, aku muak dengan semua itu
Semua
telah berlalu, namun aku tetap terpaku
Menikmati
tiap tetes keringat ku
Aku
cukup malu akan kamu
Senandungmu
mendamaikan ku
Nov
2009
“aku hanya tidak memungkinkan”
Mungkin
Mungkin
ini hanya sebuah tulisan
Mungkin
juga sebuah kiasan
Sebuah
kemungkinan yang tertulis tanpa alasan
Mungkin,
aku hanya ingin menulis tanpa pesan
Nov
2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar