Tulang Punggung

Aku mempunyai rasa tarik menarik dengan tubuh bagian belakang wanita. Terutama mereka yang baru saja meniduri raga ini yang haus akan tubuh mereka sendiri - M. F. Riphat

Jumat, 09 September 2011

aku terharu akan cerita ku.

Cerita haru akan tiba waktu ku.




Ini ada satu cerita, cerita tentang aku, iya tentang aku sendiri, tentang aku yang menulis cerita ini sendiri, bukan tentang apa-apa, bukan tentang kehidupan di buku novel zaman sekarang dengan akhir cerita indah ataupun kisah menarik yang kamu-kamu mungkin suka, hanya tentang aku, aku sendiri tanpa titik maupun koma menemani.

Dalam hidupku, banyak kemungkinan terjadi, seperti kemungkinan apa yang membuat aku lahir, atau apakah mungkin aku tidak mati, padahal Tuhan sudah terlanjur melahirkanku melewati perut ibuku, salah satu kata mungkin itu muncul seperti ini misalnya;

Mungkin aku hanyalah pengkhayal
mengkhayal tanpa berbuat apapun
Hanya karena takut terjegal
Aku hanya berani melamun

Mungkin aku hanyalah sampah
Menjadi sampah yang terpuruk
Aku memang manusia rendah
Terlalu rendah hingga terlihat sangat buruk

Mungkin aku remaja tanpa masa depan
Tak pernah membuat siapapun terkesan
Semua omongan ku hanya dianggap bualan
Yang ada hanya satu rasa yaitu bosan

Mungkin nanti ketika aku matipun semua akan bersuka cita dan bersyukur karena si bodoh yang menyusahkan itu telah pergi dan mengurangi beban mereka

Setelah muncul berbagai kemungkinan yang bisa saja pasti benar, ada hal-hal ambisius lainnya seperti menjadi ini dan itu.

Menjadi darah muda tanpa ambisi itu seperti mati, seonggok daging basi. Tapi aku punya ambisi.

Ambisi ku adalah bertahan untuk tidak mempunyai ambisi dalam hidupku kali ini, mungkin di lain waktu saja, dalam waktu dekat di kehidupan selanjutnya, bisa kupertimbangkan sampai tiba waktuku

Untuk sekarang ini biarkan aku melakukan apa mau ku, jangan diganggu, jangan bertanya, atau bahkan menegur, simak saja sementara hanya sampai tiba waktuku

Aku berjalan menuruni tangga, terus menuruni tangga hidupku, sampai ke suatu titik terendah atau sampai tempat terdasar yang benar-benar tidak mempunyai apa-apa dibawahnya, hanya rata, paling dasar.

Aku hanya bersumpah tidak akan mau menaiki tangga itu lagi untuk menaikkan derajat ku sendiri, aku hancurkan saja semua, hingga tidak ada seorangpun yang bisa mencapai posisi sama rendah dengan ku walau hanya sampai tiba waktu ku saja.

Nanti saja kalau aku punya uang, biar aku bangun 'lift' agar kalau saja aku mau naik, langsung menuju paling atas tanpa hambatan apapun dan dalam waktu singkat.

Aku menyadari hanya seonggok daging yang bertransformasi menjadi suatu organ tubuh dan diberi nyawa namun tanpa hasrat, tanpa rasa ingin, tanpa rasa mau akan mau itu sendiri dan tidak mau, aku habis dan rata dengan tanah.

Aku rasa aku menangis, mengemis akan rasa kasihan, maupun aku mengais akan rasa hormat.

Aku memang tidak pantas hidup, tapi apa aku pantas mati? Menjadi mayat? Seperti yang biasa kita lihat dipemakaman, atau bahkan kamar mayat, mayat-mayat seperti di lahan seusai perang? Apa hanya karena aku seperti ini aku jadi layak mati? Tapi apakah mati itu hal yang layak? Aku bahkan tidak tau apa-apa dalam hal yang aku diskusikan aku.

Ini cerita ku, ini cara ku, ini aturan ku, belum selesai memang, tapi maukah kamu semua bantu aku menyelesaikan ini? Tapi bagaimana? Biarkan saja aku biar menunggu disini sampai tiba waktuku,

walau aku mau terus hidup sampai cucu mu mempunyai cucu, tapi waktu itu akan datang dan menghampiriku, jadi mari kita duduk manis disini, menyapa kedatangan dan kepergian bersama-sama, sampai tiba waktuku.

Iya, ini hanya sementara saja, sampai tiba waktuku.

*di pembuka tahun, ketika aku menunggu waktu ku, tanpa ambisi apapun, bahkan tanpa keinginan untuk menunggu kapan tiba waktuku walaupun aku hanya menunggu sampai tiba waktuku.

Jan 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar