Dulu, dua tahun lalu, kamu mengemis pilu sambil menahan rasa malu
Aku hanya bisa terdiam membisu mempermainkan kamu yang memohon melulu
Baru aku tahu kalau itu mempunyai batasnya berlaku
Selalu aku mengira kamu akan terus begitu
Aku mulai tahu, Bodohnya aku
Dulu, ketika menerima tawaran cintamu, aku hanya tertawa lucu
Aku dengan tinggi hati mengabaikan kamu yang sedang merayu
Baru aku tahu kalau itu mempunyai batasnya berlaku
Selalu aku mengira kamu akan terus begitu
Kembali aku teringat, bodohnya aku
Dulu, kamu menuang susu, aku hanya menoleh ragu
Aku menahan tawa akan kamu yang memujaku waktu itu
Baru aku tahu kalau itu mempunyai batasnya berlaku
Selalu aku mengira kamu akan terus begitu
Tidak lupa mengenang, bodohnya aku
Dulu, setiap minggu kamu selalu mengirimkan senyum semu
Aku mengira itu kamu berikan terhadap semua orang tanpa terkecuali aku
Baru aku tahu kalau itu mempunyai batasnya berlaku
Selalu aku mengira kamu akan terus begitu
Tanpa basa basi, bodohnya aku
Kalau saja aku sadar dari dulu bahwa senyum yang kamu bungkus dan sisipkan di kantong celanaku bukanlah palsu. Tapi kalau saja hanyalah menjadi kalau saja, seperti kalau saja bukan aku atau kalau saja kamu mau, ah semua hanya kalau saja. Kalau saja aku tidak gila akan kamu.
Mungkin sekarang kamu sudah siap berangkat dengan kapal pesiar yang akan mengarungi samudra. Tadi malam aku melihat sendiri kamu bersiap-siap merapihkan pakaian dan segala perlengkapan untuk terus bertahan hidup yang selalu kamu iming-imingkan itu.
Bolehkah aku dan kamu menukar posisi rindu?
Bolehkah aku menjadi kamu sementara waktu?
Bolehkah aku menukar perih masa lalu dengan cinta yang tak kunjung kaku?
Bolehkah aku terus menambah pertanyaan bolehkah ku akan kamu?
Tanpa kamu, aku belum bisa menyelesaikan puisiku. Bantu aku meminjamkan mu secarik kertas dan sebuah pena untuk menyelesaikan tulisan ini, karena aku hanya mau kamu yang melakukan itu.
Semoga kamu tahu bahwa aku mau kamu, kupu-kupu ku
Maret 2013
Ikut nyimak aja mas. ane kunjungan pertama nih, lam kenal
BalasHapus