Beberapa tahun terakhir, seiring waktu bergulir,
nafsu tidak mengalir lagi meskipun sudah lama terlahir
Aku merapuh rindu
Rindu akan ragu yang menebar pilu disetiap sudut baru
Seperti malam itu, terjadi berulang kali.
Aku merenung.
Berpangku tangan dalam apatis,
mendongak sambil terpejam lagi
Mengoyak lubang demi merangkul cahaya terang yang belum pernah terulang.
Sekarang semua terlihat seperti jurang terlarang
iya, seperti menggenggam udara
Beberapa saat sebelum matahari terbit lagi, aku seperti mau mati.
Tapi aku ingin menertawakan masa muda suatu ketika.
Terpojok di panti jompo pada tahun dua ribu lima puluh sekian,
tertawa kecil setiap pagi, mengingat masa itu untuk ke-beberapa ribu kali nya.
Tertusuk duri yang sama diwaktu yang berbeda
Dimana mereka yang katanya berbagi daging dan darah denganku?
Haruskah aku mendayung sampan sendiri?
Bukankah ini hari dimana para cecunguk mulai berhenti bertingkah?
Mengapa aku harus menyeka keringatku lagi?
Persis seperti ketika aku menghamili putri raja dari Bali,
mereka bersembunyi dibalik kain mukena masing-masing
Eh, kenapa Bali? Aku hanya beralibi
Tepat hari ini, aku terpukul kaku, lagi.
Tulang ekorku hancur menjadi cairan lendir yang amis.
Lagipula siapa peduli kalau aku muntah darah?
Nov 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar