Belenggu kayu pemalu
Ada sepasang bukit, meruncing ungu
Siapapun tahu : sepi kita selalu
Mengapa mustahil mimpi berlaku
Mempermainkan bambu
Lusa kemudian mereka membaca nya di koran kota yang mereka sendiri tiru
Ditepi ini buih masih merayap pilu
Laut jadi malas mengirimkan ombak baru
Sesuai pesanan mu
Lalu ia mencari kepak burung penipu
barangkali telah kuseka nama mu
Terlampir menjadi abu
Aku tak bisa lagi memamerkan mu
Sudah amis peluru
Penjilat waktu
Perjalanan malam bagai belenggu
Namun dia tak lama menunggu
Dia itu ya si hantu
Sebuah lampu menyala tanpa tamu
Lagi lagi si hantu membuka pintu
Sabtu itu, jam mengadu
Senyum mu yang tau
Lalu ku lepaskan lidahku dari langit-langit mu
Bulan adalah gelandangan tahun lalu
Memburu satu, meletakkan ujung senapan palsu pemburu
Di gelombang yang beku,
Kini nikam suhu, embun kelabu
Lampu-lampu jalan selain mati melulu,
Benar, begitulah dia pernah bertanya, dulu
Yang ada hanya aku;
Aku berdiam nyaru, aku menua di stasiun arafuru
Selamat membenci hari baru
Dari aku yang bau,
Selamat malu.
sept 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar